Pages

My Slide

Cover Photos Slideshow: Ju’s trip from Medan, Sumatra, Indonesia to Pekanbaru was created by TripAdvisor. See another Pekanbaru slideshow. Take your travel photos and make a slideshow for free.

Rabu, 02 Mei 2012

Ooh Kampongku


Oleh : Jumardi

Aku bejalan di tepi-tepi parit. Aku tinggal di Parit Empat. Nenek tinggal di Parit duabelas.  Dan saudara-saudaraku tinggal di parit duapuluhlima. Jika kau pergi ke kampungku, hati-hatilah naik mobil atau naik motor, kau harus hati-hati, janganlah ngebut-ngebut karena belum lagi gas kendaraanmu kau tarik habis atau kau injak habis, kau sudah menaiki jembatan. Bisa jadi, jika kau me-gas habis kendaraan kau bisa terkejut atau bisa juga kepala kau akan terbentur ke dinding mobil atau kau akan terpleset bersamaan dengan jatuhnya motor kau.

Aku berjalan di pinggir parit, menyusuri tepi-tepinya yang dengan seringnya akan jalani terbentuklah jalan kecil, karena rumput-rmput yang mati ku injak setiap hari. Sepertinya ia enggan untuk hidup atau takut aku akan menginjaknya lagi esoknya. Aku tak tau kawan, itulah jalanku satu-satunya agar aku bisa sampai ke sekolahku yang hampir saja menghabiskan satu jam setengah untuk sampai ke sana. Di Kota semua jalan di aspal, walaupun bersimbah lubang, tapi mendinganlah dari pada tempat aku tinggal ini, nasib baik kalau hujan tak turun. Kalau hujan lagi datang musimnya, habislah aku, terpaksa aku harus membawa pakaian ganti, licaknnye minta ampun, macam berjalan di tengah lumpur. Entahlah kawan, seumur aku hidup di kampong aku ini, sampai sekarang aku berumur 22 tahun tak juga jalan yang aku dan kawan-kawan yang merintisnya ini disemen atau sekedar ditembok, atau dikasih sabot kelapa pun tidak.

            Setahu aku sudah tiga kali pak Bupati datang ke kampong aku ini, pertama waktu dia baru-baru jadi bupati, kedua pas masjid kampong kami ngadakan isra’ mi’raj, kemudian yang ketiga pas dia mencalonkan diri untuk jadi bupati yang kedua kalinya. Sudah tu tak pernah aku nampak batang hidung de lagi, padahal beliau tu dah terpilih pulak jadi bupati. Entahlah kawan, aku bukanlah ndak marah dengan pak bupati, aku hanya mau mempertanyakan kinerja pak kepala desa aku ini, aku masih ingat waktu aku masih ibtidaiyah 14 tahun yang lalu, jalan di parit aku tinggal menuju ke pusat desa tak juge kunjung di tembok, padahal perjalanannya jauh, satu jam setengah. Kalau aku saja yang menempuh jalan itu tak apa, tapi kan kasian dengan orang-orang tua di situ, banyak yang sudah berumur setengah abad harus berjalan di tengah-tengah semak hanya untuk membeli setengah kilo ikan asin. Setiap hari Rabu yang merupakan hari pasarnya kampong aku itu, nenek-nenek tua itu harus menempuh jalan dan perjalanan sejauh itu. Setidaknya jalan tu di tembok, sebaiknya di kasih pasir, biar orang-orang dapat makai kendaraan, atau menumpang orang yang makai kendaraan.

            Entahlah kawan, aku juge tak mungkin mau marah terus dengan pak kepala desa kami tu, aku hanya heran tak ade yang mau menggantikan kades tu, tak ade yang sanggup mau jadi kades, padahal pak kades sekarang entah berapa periode sudah die memimpin desa kami ini. Dari aku kecil sampai sekarang aku berumur 22 tahun masih juga die yang mimpin. Aku pun dah bosan kawan, bosan dah aku berikan pendapat untuk merubah kampong aku tu, berikan nasehat kepada kepala desa kami tu agar banyak-banyak belajar ilmu agar pandai mengelola kampong agar lebih baik. Tapi itulah kawan, aku dah baik-baik berniat mau memajukan kampong kami tu, mereka malah tak merespon aku sedikitpun.  makanya aku jarang pulang ke kampong aku tu. Aku lebih senang tinggal di kampong kau ini, semuenya lancer-lancar, semuanya baik-baik.  Itulah kawan yang menyebabkan aku malas pulang kampong, walaupun aku pulang, itu karena Abah dan Mak aku masih tinggal di sane.

***
            “Sekarang kan kau sudah besar, sudah banyak ilmu, sering ikut organisasi. Apalagi sekarang kau sudah harum di kalangan masyarakat Riau”
            “Manelah mereka tahu tentang aku kawan, untuk nonton tv aje mereka harus menunggu maghrib, karena PLN baru dihidupkan kalau hari sudah gelap, apalagi aku sudah lame tak pulang kampong, pastilah mereka dah lupa dengan aku”
            “Maka itu kau harus balik ke kampong kau, kau buktikan kalau kau memang berniat baik untuk memajukan desa kau, jangan hanya sekedar beri masukan aje, langsung kau kerjakan, buktikan dengan bukti nyata kawan”
            “entahlah kawan, aku tak yakin ape yang kau bilang tadi akan terjadi”
            “kenapa tak mungkin?”
            “Itulah sulitnye orang kampong aku tu kawan, orang-orang de rata-rata keras kepala, bersikap acuh tak acuh, kecuali kalau kite kasih duet barulah mereka mau ngikut kite, sementara aku tak mungkin melakukan money politik kawan, apalagi hanya sekedar minta dipilih saje,”
            “kesuksesan itu butuh pengorbanan kawan, untuk merubah masyarakat itu butuh waktu, tak mungkin mereka bise menerima kau dalam sekejab”
            “kau tak perlu pakai bagi-bagi duit untuk menarik perhatian mereka, cukup kau berada di kampong kau tu, berbuatlah untuk kampong kau, buktikan secara perlahan, jangan kau langsung mencalonkan diri jadi kepala desa, hiduplah dan berbaurlah dulu dengan masayarakat kampong beberapa tahun lamanya. Nah, setelah kau lihat, nampaknya masyarakat mulai mengerti niat baik kau, barulah kau mulai  naik sedikit berbaur dengan pejabat-pejabat kampong kau itu. Lagi pula untuk memajukan kampong kau tu, kan tak perlu kau jadi kepala desa?”
            “entahlah kawan, mungkin betul juga apa yang kau katakan. Kayaknya aku memang harus pulang kampong, berbaur dengan masyarakat dan membuktikan bahwa aku memang berniat baik mau memajukan kampong aku tu. Memang tak perlu aku jadi Kepala Desa dulu baru aku berbuat, biarlah aku berbuat untuk kampong tanpa jadi Kepala Desa.”
            “Kau ingatkan apa yang di ceritakan ustadz saat kita ikut pengajian kemaren, ada sahabat nabi Muhammad yang dia diakui bahkan akan masuk surga berdampingan dengan nabi Muhammad? Ternyata dia adalah sahabat Nabi yang tidak dikenal oleh para sahabat lainnya, tetapi dia selalu ikut berjuang bersama Nabi, berperang melawan orang-orang kafir,sampai dia mati Syahid di Jalan Allah.”

****
            Aku merasakan suasana yang beda. Sungguh sangat berbeda perjalanan pulang kali ini. Keyakinan akan harapan akan kampong halaman yang makmur dan maju. Seperti sepuluh tahun yang lalu aku biasa pulang naik travel, menempuh perjalanan  selama delapan jam dari Pekanbaru. Walaupun masih banyak aku lihat suasana yang masih sama dengan dulu, jalan yang berlubang. Sekali-kali aku melirik ke kiri kananku masih ada jalan yang masih belum disemen, walaupun sudah di tembok. Tapi  melihat itu sungguh rasa marah itu masih saja tak mau hilang dari aku. Namun juga itu menjadikan aku tidak sabar lagi untuk mengabdi di kampong halamanku. Aku ingin merubah semuanya. Aku tak ingin ada nenek-nenek yang masih berjalan kaki berjam-jam melewati lumpur yang dikelilingi semak. Aku tak ingin ada lagi pemimpin negeri ini yang masih tidak pandai mengurusi rakyatnya karena  kebodohannya dan ketidakmauannya belajar.



Jumardi
Bergiat Komunitas ALINEA I FLP Pekanbaru

1 komentar:

Unknown mengatakan...

How to make money from betting on football - Work Tomake Money
If you're ford escape titanium having problems finding a winning bet online gri-go.com for the day of your choosing, https://febcasino.com/review/merit-casino/ then there are plenty of opportunities 나비효과 available right หาเงินออนไลน์ here.

Posting Komentar