Oleh: Jumardi
“Mengapa Rabih rela meninggalkan Hindun, istrinya, merasakan dingin, lapar, dan lelah, hanya karena memenuhi panggilan Rasululllah saw untuk ikut mempertahankan Madinah? Padahal Rabih baru empat hari menjadi pengantin. Baru saja melepaskan baju besinya setelah perang Badar dan Uhud. Rabih lagi mesranya bercumbu rayu bersama istrinya.”
***
Sengatan motivasi sekaligus inspirasi dari kisah yang menyejarah perang Ahzab atau Khandaq itu membangkitkan ghirah perjuangan dakwah. Kisah itu telah menyadarkan Ahmad dari khayalan dan lamunan palsunya, kefuturan jalan yang dilaluinya. Ia terkejut sekaligus terperanjat. Ruhiyahnya menanjak melewati derajat Sembilan puluh derajat Celsius. Emosi sekaligus benci atas kefuturannya sendiri.