Pages

My Slide

Cover Photos Slideshow: Ju’s trip from Medan, Sumatra, Indonesia to Pekanbaru was created by TripAdvisor. See another Pekanbaru slideshow. Take your travel photos and make a slideshow for free.

Sabtu, 25 Januari 2014

Lima Rahasia Membangun Kehidupan Pernikahan yang Bahagia


Oleh: Jumardi

Jika ditanya. “Apa sih rahasianya membangun kehidupan pernikahan yang bahagia?” Setiap orang mungkin memiliki jawabannya masing-masing. Namun setidaknya ada beberapa teori yang perlu dipraktekan untuk membangun kebahagiaan berumah tangga. 

Untuk membangun kehidupan pernikahan yang harmonis, langgeng, dan berkelimpahan, dalam buku ini disebutkan ada lima hal yang perlu dimiliki dan dilakukan, yaitu tujuan, mindset yang tepat, knowledge dan skill, komitmen, dan berserah. Untuk memahami lima hal ini dicontohkan dengan bentuk berlian (diamond of love). (hal. 7)

Di sisi paling atas adalah konwledge dan skill. Jika diibaratkan sebuah katub, konwledge dan skill ini akan mengisi diamond of love dengan materi (bahan) yang berkualitas yang akan membuat berlian semakin solid. Dengan bertambahnya konwledge dan skill, Anda akan tahu bagaimana cara memotong dan mengasah berlian yang dalam konteks ini adalah kehidupan pernikahan Anda. (hal. 7)

Kenapa Anda bersedia untuk “dipotong dan diasah”? Semuanya kembali kepada tujuan. Anda juga perlu memiliki mindset yang tepat untuk bisa melihat dengan jernih bagaimana seharusnya Anda bersikap dalam menjalani proses ini. Apa dan bagaimana membuat tujuan serta mindset apa saja yang harus dimiliki dan diubah untuk bisa membangun kehidupan pernikahan yang berkilau akan Anda dapatkan dalam buku ini.

Proses potong dan asah ini cuma indah saat diucapkan. Prakteknya sangat menyakitkan, sangat tidak mudah. Bahkan sangat mungkin akan ada penolakan dari dalam diri kita. Untuk itu, kita perlu memiliki kekuatan mental yang prima karena proses potong dan asah ini akan berlangsung seumur hidup pernikahan kita. Kekuatan mental ini yang akan menjadi penyangganya. Kekuatan mental ini ada di dalam komitmen dan berserah yang pada bentuk berlian menempati sisi yang paling panjang. Dua hal yang sepertinya bertolak belakang, seperti Yin dan Yang. (hal. 8)

Pertama, tujuan. Mungkin saat ini Anda merasa menjalani kehidupan pernikahan bukan seperti yang Anda harapkan. Anda merasa berada di situasi yang tidak Anda inginkan. Anda merasa kurang puas, tidak nyaman, kesal, kecewa, atau marah. Pertanyaannya, apakah sebelum berada di kondisi ini Anda sudah menetapkan tujuan? Apakah Anda sudah tahu persis kemana akan menuju? Tentunya dalam hal ini tujuan dalam kehidupan pernikahan, yang akhirnya mengarah pada pertanyaan, “Apa tujuan Anda menikah?” Apakah sebagai ibadah, ingin memiliki anak, sudah cukup umur, tekanan lingkungan, tidak sama orang tua, atau membangun keluarga yang sakinah mawaddah warahmah? (hal. 13)

Kedua, mindset. Mindset apa yang Anda miliki tentang kehidupan pernikahan? Apakah mindset Anda sudah tepat? Apakah mindset yang Anda gunakan akan membantu Anda dalam membangun sebuah hubungan yang sehat atau malah sebaliknya? Banyak hal yang selama ini Anda yakini sebagai hal yang baik, sebenarnya malah bisa menghancurkan kehidupan rumah tangga Anda. (hal. 23)

Dalam membahas tentang mindset ini, penulis buku ini menuliskan pembahasan; Do We Plan Our Marriage? Yaitu tentang bagaimana kita membangun pondasi yang kokoh dalah kehidupan pernikahan. Kemudian Hubungan Saya Baik-Baik Saja. YAKIN? Sebuah mindset yang selama ini kita anggap sudah benar dan tepat ternyata meleset. Dan banyak lagi pembahasan-pembahasan tentang mindset ini yang bisa kita dapatkan hingga halaman 116.

Ketiga, konwledge dan skill. konwledge  tentang kehidupan pernikahan  sebaiknya terus ditambah secara sengaja. Ini adalah proses yang akan berlangsung seumur hidup. Termasuk di dalamnya, belajar mengenali diri sendiri dan pasangan, mengenali kebutuhan diri dan pasangan, mengenali peran suami dan istri, serta knowledge lainnya. Anda juga harus terus mengasah skill dengan cara memperaktekkan knowledge yang sudah ada. Skill dan knowledge dalam berkomunikasi adalah salah satu yang terpenting dalam membangun hubungan yang sehat. (hal. 122)

Dalam membahas ini penulisnya memberikan penjelasan seperti Anda Menikah dengan Manusia. Sebuah catatan bahwa kita harus bisa memahami karakter pasangan kita. Dia bukanlah patung atau robot yang hanya diam. Dan pembahasan-pembahasan yang lainnya yang bisa kita baca hingga halaman 241.

Keempat, komitmen. Untuk mau dan bisa menjalani komitmen, Anda harus tahu dulu mengapa Anda mau menjalaninya. Berarti Anda harus tahu tujuannya dan Anda juga harus memiliki mindset yang tepat. Saat Anda berkomitmen, Anda sedang membangun kekuatan mental yang memang sangat dibutuhkan. Anda akan mengalami banyak kejadian saat Anda akan jatuh. Jika Anda tidak memiliki komitmen, Anda tidak akan punya kekuatan untuk bangkit lagi. Anda akan cepat menyerah. (hal. 248)

Anda juga butuh stamina. Anda harus menyadari kehidupan pernikahan itu bukan seperti lari jarak pendek 100 meter dalam olimpiade, tetapi lebih seperti lari meraton.

Kelima, berserah. Berserah tidak sama dengan menyerah. Menyerah artinya Anda berhenti berjuang. Berserah adalah sebuah sikap mental yang sejak awal sudah menyadari bahwa hasil akhir adalah teritori Tuhan, bukan teritori manusia.

Sikap berserah ini sebaiknya sudah dimiliki sejak awal. Sehingga tidak lagi “memaksakan” sebuah target yang kaku dan “memaksakan” hasil persis seperti yang Anda harapkan. Dengan berserah, Anda bisa menjadi lebih tenang dan mendapatkan energy yang tinggi karena sejak awal Anda sudah sadar tugas Anda hanyalah melakukan yang terbaik dan tahu Allah pasti akan memberikan yang terbaik. (254)

Buku yang ditulis sepasang suami istri ini merupakan pengalaman mereka dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Mereka berdua menjalani pernikahan tidaklah berjalan mulus. Sempat beberapa kali mereka mengalami masa-masa yang genting. Namun berkat usaha dan kemauan yang kuat, doa dari orangtua, serta pertolongan dari Allah SWT., akhirnya mereka bisa melewatinya dengan selamat. 

Bagaimana perjalanan pernikahan mereka yang begitu dramatis itulah kemudian mereka tulis dalam buku ini. Sebuah catatan dan nasihat Lima rahasia dari yang mengalami ombak berumah tangga agar kita bisa mengambil pelajaran dari perjalanan yang mereka tulis.

Buku ini ditulis dengan gaya narasi. Enak dibaca dan membacanya bak membaca sebuah novel. Atau seperti sedang duduk mendengarkan seorang konsultan pernikahan dalam konseling.

Jumardi
Alumni Fakultas Ushuluddin, UIN Suska Riau




0 komentar:

Posting Komentar