Pages

My Slide

Cover Photos Slideshow: Ju’s trip from Medan, Sumatra, Indonesia to Pekanbaru was created by TripAdvisor. See another Pekanbaru slideshow. Take your travel photos and make a slideshow for free.

Rabu, 10 Oktober 2012

SEJARAH TINTA FLP RIAU YANG TAK PERNAH KERING Beginilah Kami Berbakti Kepada Melayu

Terbit di Majalah Frasa Edisi Agustus 2012

Oleh: Jumardi*

       Tahun 1999 merupakan tahun bersejarah bagi FLP Riau. Pada tahun itulah awal mulanya angin segar di bumi lancang kuning ini berhembus. Akan dibentuk sebuah forum kepenulisan dari perpanjangan tangan Forum Lingkar Pena yang didirikan oleh Helvi Tiana Rosa pada tahun 1997. Ketika itu Majalah Annida yang merupakan majalah yang didirikan Helvi membuka pengumuman pendaftaran untuk menjadi anggota FLP di setiap provinsi di Indonesia.

       Hasil dari pendaftaran tersebut majalah Annida mengumumkan bahwa untuk provinsi Riau terdapat lebih kurang 42 orang yang mendaftar sebagai anggota termasuk Rinawati dan Rima yang kemudian ditunjuk sebagai koordinator untuk FLP Riau. Dari 42 orang tersebut yang berdomisili di Pekanbaru ada 13 orang. Sisanya menyebar di Kota Dumai, Rengat, Batam, dan Tanjung Pinang.

        Pada tahap awal disusunlah struktur organisasi FLP di Pekanbaru. Sedangkan dengan FLP di kota lain diadakan hubungan melalui surat menyurat. FLP di kota/kabupaten ini selanjutnya disebut dengan FLP Cabang.

        Peresmian FLP Riau bersamaan dengan peresmian FLP Sumbar di Padang pada bulan Agustus 2000. FLP Riau diwakili oleh Rinawati, Yosse, dan Elin Syawalina. Saat itulah FLP Riau mulai mengadakan diskusi-diskusi rutin setiap minggunya. Mulai juga mengikuti beberapa lomba kepenulisan seperti cerpen, puisi, dan penulisan novel. Cerpen Lelaki di Nagoya karya Rinawati (ketua FLP Riau pertama) masuk final dalam lomba Cipta Cerpen Islami FLP Award dalam rangka Milad FLP ke-5 tahun 2000 dan dibukukan dalam Cerita Remaja dengan judul Cinta, Ya Cinta.

        Pada tahun 2005 barulah FLP Riau mengadakan Musyawarah Wilayah Pertama tepatnya pada tanggal 19 Juni 2005. Hasil Muswil pertama itu menunjuk saudara Joni Lis Efendi sebagai ketua umum dan Rosnadeli Kartini S.  sebagai sekretaris. Selama kepengurusan Joni Lis beberapa agenda dilaksanakan, seperti Bedah Novel Meretas Ungu karya Pipiet Senja, Pelatihan Kepenulisan, Seminar Penulisan dan pernikahan bersama M. Fauzil Adhim dan Pipiet Senja, Bekerja sama dengan Riau Pos dalam rubrik Bengkel Fiksi, Kerjasama dengan Riau Tribun untuk rubrik bengkel Cerpen, Kerjsama dengan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Riau untuk menumbuhkan minat baca dan tulis masyarakat dengan melakukan berbagai even kepenulisan. Selain itu kepengurusan ini juga pernah mengikuti Temu Sastra Sumatera I di Padang, menerbitkan buletin Orassi, dan tak kalah hebatnya pernah memenangi lomba penulisan fiksi dan nonfiksi baik tingkat lokal maupun nasional.

        Masa pengurusan Joni ini juga berhasil mengepakkan sayap cabang di Pekanbaru, Dumai, dan Kuantan. Kepengurusan ini berlangsung hingga tahun 2007.

        Pada tahun 2008 hingga 2010 kepemimpinan FLP Riau diserahkan ke Saudara Wamdi. Pada masa Wamdi ini juga tidak jauh beda gerakan kepenulisan yang diadakan oleh FLP. Beberapa lomba tingkat nasional dimenangkan oleh anggota FLP Riau, seperti juara Penulisan Cerpen Rohto, dan lainnya. Hampir semua media lokal maupun nasional setiap minggunya diisi oleh karya-karya anggota FLP Riau, seperti Riau Pos, Majalah Sagang, Majalah Girlie Zone, Tabloid Ar-Royan, Bahana Mahasiswa, Expresi Riau Pos, Koran Riau Mandiri, Majalah Sabili, Annida, Ummi, Story, Aklamasi, dan lain-lain baik cetak maupun Online.

        Pada Tahun 2011 kemaren pada jabatan Wamdi yang kedua kalinya salah seorang anggota FLP berhasil mendapat anugerah sagang bidang penelitian sastra dengan hadiah 20 juta rupiah.

        Prestasi FLP Riau dibidang kepenulisan tidak hanya sampai disitu, dari tahun ke tahun hingga sekarang (2012) FLP terus menerus menerbitkan buku baik solo maupun antologi. Hingga sekarang tercatat hampir ratusan buku sudah diterbitkan oleh penulis-penulis FLP.

        Begitulah, FLP Riau terus ikut andil mengembangkan minat baca dan tulis anak melayu dengan merekrut anggota setiap tahunnya. Harapannya anak melayu tidak surut tintanya menuliskan sejarah kejayaan melayu. Mari wujudkan penulis berbudaya. Mencerahkan juga mensejahterakan.

*Kaderisasi FLP Pekanbaru

Tenang Saat Sibuk

Terbit di Riau Pos 7 Oktober 2012 Kolom Buku

Oleh: Jumardi

Saat diri sibuk, tekanan semakin kuat, maka stres berat akan segera tiba. Amarah kadang tak terbendung, teman dekat tak lagi dihiraukan, maka terkesan sombong dan tak peduli sesama. Yang ada hanya pekerjaan ini harus segera selesai, bagaimanapun caranya.

Sang istri, anak, dan orang tua pun akhirnya mendapatkan jatah kurang perhatian. Sama tetangga sebelah rumah tidak tahu bagaimana kondisinya, hingga dengan diri sendiri pun entah apa yang perlu disegarkan. Semua menjadi dilupakan karena kesibukan-kesibukan kita yang tidak terkontrol.

Jika kesibukan kita menambah kegalauan, kekhawatiran, dan ketidaktenangan, ada yang perlu kita periksa sejenak. Mungkin kita belum menjarakkan diri kita untuk merenungi apa yang telah kita lakukan. Atau kita belum merapatkan diri dan hati kita kepada yang memberikan ketenangan. Karena rezeki yang bertambah, penghormatan yang diberikan kepada kita, dan atas mudahnya segala yang dilakukan belum tentu bisa memberikan ketenangan.

Lalu ada yang mencari kesunyian dengan maksud menghadirkan ketenangan, perbanyak sujud dan ruku` untuk mendatangkan ketenteraman dan kesejukan jiwa, namun ketenangan yang diinginkan belum juga tiba. Apa yang salah? Ada yang perlu kita jarakkan untuk melakukan hentian sejenak.

Atas sedekah dan ibadah kita, ada yang perlu kita cermati dengan jernih barangkali ada salah niat yang terselip. Atas berlimpahnya harta yang tak menambah keteduhan hati dan kesejukan jiwa, ada yang perlu kita renungi; tentang diri sendiri, tentang tetangga kita, tentang do`a-do`a kita serta berbagai hal yang berkaitan hubungan kita dengan Allah ta`ala maupun hubungan dengan sesama.

Kadang masjid yang megah, justru kosong dari hidayah. Kita sibuk memegahkan bangunannya, sementara tetangga masjid yang kekurangan justru mencari santunan kepada orang yang tidak seiman. Kadang zikir kita tak mengantarkan pada ketenangan, padahal seharusnya zikir menjadikan hati kita tenang sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur`an. Bukan al-Quran yang salah memberikan perintah, tetapi kita yang tak mengingat bahwa iman harus kita sertai dengan amal saleh. Sebagian orang berzikir bukan untuk mengingat-Nya, tetapi sekadar untuk menemukan pengalaman ekstase dikarenakan keringnya hati (halaman 10).

Buku ini mengingatkan kita akan pentingnya perenungan-perenungan atas apa yang telah kita lakukan, khawatir ternyata apa yang telah kita lakukan adalah kesia-siaan. Lalu apa gunanya kita menghabiskan waktu kita untuk bekerja keras kalau akhirnya adalah kehampaan. Ibadah kita yang sampai menangis-nangis ternyata tidak membuahkan pahala, puasa kita yang hanya mendapatkan haus dan dahaga.

Maka kita perlu mengambil jarak, luangkan waktu dan lakukan hentian sejenak. Perbarui terus niat-niat kita, semoga ketenangan yang kita harapkan benar-benar dapat kita temukan.




Jumardi
Mahasiswa Ushuluddin UIN Suska Riau
Bergiat di FLP Pekanbaru

Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan
Penulis      : Mohammad Fauzil Adhim
Penerbit    : Pro-U Media, Yogyakarta
Cetakan    : Pertama, 2012
Tebal         : 342 halaman