Pages

My Slide

Cover Photos Slideshow: Ju’s trip from Medan, Sumatra, Indonesia to Pekanbaru was created by TripAdvisor. See another Pekanbaru slideshow. Take your travel photos and make a slideshow for free.

Kamis, 09 Agustus 2012

Spesialisasi Keilmuan dalam Menjemput Kemenangan Dakwah


Oleh : Jumardi


Pendahuluan
                Pada Muktamar keenam ustadz Hasan Al-Banna berpesan kepada para mujahid dakwah;
“Kalian adalah ghuraba (orang yang dianggap asing) yang mengadakan perbaikan di tengah kerusakan manusia. Kalian adalah kekuatan baru yang dikehendaki oleh Allah untuk membedakan yang hak dan yang bathil di saat pembeda di antara keduanya telah kabur. Kalian adalah da’i-da’i Islam , pembawa risalah Qur’an, penghubung antara langit dan bumi, pewaris Nabi Muhammad saw., dan para khalifah dari generasi sahabat.
                Dengan inilah dakwah kalian lebih unggul daripada dakwah-dakwah yang lain, dan tujuan kalian lebih mulia daripada tujuan yang lain. Kalian bersandar pada tiang yang tegar dan berpegang pada tali yang kokoh yang tidak mungkin putus.
                Kalian telah mengambil cahaya yang terang di saat manusia dalam kegelapan, tersesat, dan menyimpang dari jalan kebenaran.
“Dan Allah berkuasa atas urusan-Nya tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Yusuf: 21)”.
Dakwah ini mesti kokoh, kokoh dalam pengelolaan organisasinya dan kokoh para mujahid yang menggerakkannya.
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”(Ash-Shaf : 4)
Sudah menjadi sunnatullah bahwa kehidupan dunia ini diciptakan kompleks. Dari semua segi sisinya dipasangkan pada persamaan dengan perbedaan, kelebihan pada kekurangan, dari objek sampai kepada subjeknya. Semuanya saling membutuhkan satu sama lainnya, saling menutupi kekurangan dengan kelebihan yang lainnya. Makhluk Tuhan mesti tak bisa menghindar dari perkara ini.
“Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Al-An’am : 165)
“Seseorang mendatangi Nabi saw., dan bertanya,”Kapan kiamat tiba?” Nabi saw. Menjawab, “Apabila amanat telah diabaikan, tunggulah kiamat tersebut”. Orang itu bertanya lagi, “Bagaimana bentuk pengabaian amanat?” Nabi saw. Menjawab,”Apabila sebuah urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah datangnya hari Kiamat”, (H.R. Bukhari).

Kita diciptakan dengan bakat (keilmuan) tertentu untuk melakukan sebuah pekerjaan tertentu pula, (‘Aidh Bin Abdullah AL-Qarni).
Bakat (keilmuan) itu penting. Anda atau saya bisa saja berlatih menendang si kulit bundar setiap hari, tetapi tidak akan pernah menjadi pemain sepak bola yang lebih baik dari Ronaldo dan Ronaldinho. Akan tetapi, bila Ronaldo dan Ronaldinho tidak pernah latihan setiap hari, mereka mungkin masih bermain di pantai-pantai di Rio dan tinggal di daerah kumuh, (Andeers Ericsson, pakar di bidang Expert Performance Movement).
Setiap orang perlu mengambil proyek besar paling tidak sekali dalam hidupnya. Saya mededikasikan hampir seluruh hidup saya untuk menciptakan jenis mesin tenun yang baru. Sekarang, saatnya giliranmu. Kamu harus berusaha sungguh-sungguh untuk menyelesaikan sesuatu yang akan memberi manfaat bagi masyarakat, (Pesan Sakichi Toyoda kepada anaknya—Kiichiro Toyoda—pendiri Toyota Automotive Company).
Urgensi Spesialisasi (Fokus)
“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (Adz-Dzariyat : 21)
Secerdas apapun seorang anak, tidak mungkin dia akan menguasai semua bidang ilmu. Walaupun ada yang mampu, itu hanyalah sekedar tahu sedikit-sedikit.
Manusia diciptakan berpasangan, bukan manusia saja, tumbuh-tumbuhan, hewan pun diciptakan berpasangan. Memang hal itu agar semuanya saling memberi dan menerima.  Manusia misalnya, setiap saat membutuhkan O2  untuk bernafas yang kemudian menghasilkan CO2 dari hasil pernafasannya. Tumbuhan setiap saat membutuhkan CO2 untuk permentasi yang kemudian mengeluarkan O2 dari hasil permentasinya. Manusia dan tumbuhan tidak bisa dipisahkan, keduanya saling membutuhkan.
Mengapa manusia malah tidah baik kalau menghirup CO2 yang tumbuhan malah sangat membutuhkannya? Keduanya berbeda dalam kebutuhannya. Keduanya diciptakan dengan fungsi dan kebutuhan masing-masing. Disinilah kemudian diambil pelajaran bahwa dari perbedaan perlu adanya spesialisasi untuk memenuhi standar persamaan yang saling mengisi.
Kita lihat sahabat rasul, para khulafaurrasyidin. Jika kita membicarakan seorang sahabat rasul yang rela memberikan semua hartanya, pastilah kita sudah bisa menebak kalau dia adalah Abu Bakar. Umar dengan keberaniannya, mujtahid, al-faruq, Utsman dengan kedermawanan (saudagar, pengusaha), Ali dengan kelihaian bela diri, ahli sastra. Khalid dengan kepiawaiannya dalam strategi perang dan sebagainya.
Kemudian Ibnu Sina dengan ilmu kedokterannya, Al-Khawarizmi dengan matematikanya, dan ilmuan-ilmuan lainnya yang mereka pakar dan terkenal dibidang keahlian mereka masing-masing.
Mereka bukan tidak mengerti keilmuan lain, tapi mereka menonjolkan satu kepakaran dibidang yang benar-benar merekalah pakarnya, sehingga siapa saja yang membutuhkan sesuatu pastilah menuju kepadanya.
“Sesungguhnya Allah menyukai jika salah seorang di antara kalian mengerjakan suatu perbuatan, lalu dia menyempurnakannya” .(H.R. Baihaqi)
Mari kita camkan,”…mengerjakan suatu perbuatan, lalu dia menyempurnakannya”, bukankah ini terkait dengan fokus terhadap aktivitas tertentu?
Ibn ‘Athailah menyinggung arti penting fokus, “Jangan sekali-kali berbuat seperti pengggali sumur yang mencari air. Ia menggali di sini sedalam sehasta, kemudian menggali di tempat lain sedalam sehasta pula. Dengan begitu, ia takkan dapat menemukan air. Mestinya, ia menggali di satu titik saja dengan sungguh-sungguh hingga air ditemukan”.
                Awad Bin Muhammad Al-Qarni mengatakan, “Memusatkan perhatian dalam pekerjaan dan mencari solusi dari problem yang dihadapi, kemudian melupakan perkara lain—dengan memusatkan pikiran darinya sama sekali dan mencapai satu titik, di mana kekuatan konsentrasi otak Anda mampu berperan dengan sempurna, tidak kurang sedikit pun—merupakan salah satu faktor keberhasilan dan kesuksesan hidup”.
                Ibrahim Hamid Al-Qu’ayyid mengutip Syaikh Ibnu Sa’di, bahwa salah satu prinsip kebahagiaan manusia dalam kehidupan adalah menekuni satu pekerjaan tertentu atau ilmu tertentu yang bermanfaat, membiasakan diri untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat, dan berusaha mewujudkan kebahagiaan atau kesuksesan yang diinginkan.             
Spesialisasi Keilmuan (Bakat)
                Rama Royani menulis, “Tidak menjadi segalanya adalah cara yang cerdik; tidak bekerja pada segalanya, kecuali terfokus pada potensi diri merupakan jalan menuju kesempurnaan”.
                Beliau menambahkan, “Luciono Pavaroti, bintang tenor, menceritakan hidupnya saat dia harus memfokuskan diri pada potensi dirinya. Pada saat lulus, dia bertanya pada ayahnya, ‘Apakah saya harus menjadi guru atai penyanyi?’ Ayahnya menjawab, ‘Kalau kamu duduk di antara dua kursi, kamu akan jatuh. Untuk hidup, pilihlah salah satu kursi’. Dia memilih menjadi penyanyi”.
                Canfield mengatakan, “Dibutuhkan tindakkan focus, disiplin pribadi, dan banyak energi setiap harinya untuk menjadikan segalanya terlaksana. Ketika sebagian besar waktu kita terfokus pada aktualisasi potensi diri kita, kita akan melihat hasil-hasil yang memuaskan”.
                Focus pada potensi keilmuan diri berarti terus menerus melatihnya. Hal tersebut agar potensi diri itu dapat benar-benar terwujud menjadi karya-karya, prestasi, atau sesuatupun yang dapat dimanfaatkan bagi orang lain. Tanpa latihan, potensi diri akan terpendam, tidak akan berkembang. Bakat itu 1 persen dan 99 persen itu usaha.
Menjemput
                Merupakan suatu kaidah amal yang penuh dengan persiapan. Ia bukan majas dan metafora, tetapi ia benar-benar sudah siap menerima segala konsekuensi rintangan dan segala keberuntungan dan kebahagiaan. Ia adalah persiapan matang yang siap saji, siap digunakan kapan dan dimana saja. Ia tidak jumud namun ia fleksibel di setiap dimana ia berada. Dakwah mengajari para da’inya untuk agar siap menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, bertakwalah kamu dimana saja kamu berada, beribadah seakan-akan kita melihat-Nya, jika kita tidak bisa melihat-Nya, yakinlah bahwa Dia melihat kita.
                Diri kader adalah “alat” untuk ia bisa beramal. Hidupnya penuh kesiapan menghadapi rabbnya. Ia siap untuk digunakan sebagai tentara, pengonsep dakwah, pemimpin, dan apapun amanah yang akan diberikan kepadanya. Persiapan itu adalah llmu dan pemahaman. Dengan bekal ilmu dan amal yang sudah ia kuasi betul tentangnya, dari segala sisi bidangnya. Dengan bekal itulah ia beramal secara sungguh-sungguh dan professional. Dan hanya dengan keprofesionalanlah segala amal-amalnya akan maksimal dan sempurna, yang akhirnya menghasilkan kinerja yang sempurna pula. Kader penggerak seperti itulah yang siap diletakkan dimana saja, ia siap dipanggil kapan saja untuk menyelesaikan kerja-kerjanya.
                Mereka ada yang pakar dibidang teknologi, ia professional dalam keilmuannya dan bekerja sesuai keahliannya. Ia tidak akan menolak mengerjakan amanah dibidangnya, dan itulah sebenarnya yang ia harapkan dan inginkan. Mereka ada yang pakar dibidang ekonomi, lalu ia merumuskan permasalahan perekonomian, ia berusaha mengembalikan ekonomi Islami hingga tidak ada lagi riba dan Islam satu-satunya yang tegak dengan ekonomi Islamnya.   
Kemenangan Dakwah
                Kemenangan hanya didapatkan dari sudah lamanya usaha untuk mencapainya, maksimalnya kerja-kerja profesional para da’inya, dan sudah siapnya para pakar kelimuan yang mengisi bidang-bidang kehidupan pada fase kemenangan itu.
                Globalilsasi tidak memungkinkan kita menyimpan makna Islam, ia mesti muncul pada setiap level kebutuhan sosial masyarakat bangsa. Karena sistem non Islam sudah memunculkan polahnya bahkan sampai pada semua level kehidupan masyarakat bangsa. Untuk menenggelamkannya tidak mesti harus menghancurkannya, dengan radikalisme yang menakutkan semua orang. Lagipula tidak mungkin hal itu bisa dilakukan, melihat pelakunya adalah umat Islam sendiri. Hal yang dapat dan kita usahakan adalah dengan menutupinya dengan sistem Islam dari semua level yang ditimbulkan sistem non Islam tersebut. Hal itulah kita mesti menyiapkan sumber daya dari semua level itu. Baik modalnya maupun pekerjanya.
                Untuk menutupi sistem ribawi dengan syari’ah, sistem thaghut dengan sistem Islam, semuanya harus ditutupi dengan wajah Islam. Sebagaimana hukum perhubungan dan sosio masyarakat, masyarakat lebih cendrung kepada yang sering mereka jumpai dan dominan mereka dengar. Tugas kita adalah mendominankan sistem Islam dari segala level dan jenisnya untuk melenyapkan sistem thaghut secara perlahan dan tidak radikal.
                Jika semua dari level keilmuan ini tidak terpenuhi oleh para da’i, maka perubahan kearah Islam akan sulit dicapai. Karena sekali lagi masyarakat lebih suka yang lebih sering mereka jumpai dan dominan mereka dengar.
Dakwah dan para da’inya akan benar-benar siap menjemput kemenangan dakwah jika semua level itu terpenuhi dengan baik dan terorganisir secara profesional.