Pages

My Slide

Cover Photos Slideshow: Ju’s trip from Medan, Sumatra, Indonesia to Pekanbaru was created by TripAdvisor. See another Pekanbaru slideshow. Take your travel photos and make a slideshow for free.

Senin, 16 Juli 2012

MENGINGATMU SEPERTI AKU MENGINGAT SURGA

Oleh: Jumardi

Mengingatmu seperti aku mengingat surga
Akan indahnya bermesraan dengan bidadarinya
Minumannya tinggal ambil di sungai salsabila
Araknya tidak memabukan juga melenakan
Benar-benar seperti surga
Semoga memang sampai kita di sana
Mengulang kembali kenangan indah kita
Melingkar di taman surga

Aku ini bodoh, tidak mengerti apapun tentang keislaman. Kalau mengaku-ngaku Islam itu pasti. Aku Islam dan sangat mencintai. Jika ada saja yang berani mengejeknya pasti aku akan segera memberi perhitungan dengannya. Kalau tidak bisa dengan mulut, maka tanganku ini menjadi alat minimal untuk memberi pelajaran.
Begitulah kira-kira tentang aku. Kebanggaanku kepada Islam begitu kental. Sekental godaan setan yang selalu menambal kental. Tapi itu hanya di mulut saja, pada aplikasinya hati ini berontak ingin bebas berekpresi seperti di tivi-tivi. Kekentalan Islam itu mencair saat azan berkumandang karena setan ternyata lebih aku ikuti, tanpa malu, walau mulut sudah terlalu. Ah, sepertinya aku adalah manusia termunafik, lain di mulut lain pula di hati, apalagi aplikasi.
Aku ini da`i, setiap bulan ramadhan mengisi ceramah di mushalla-mushalla. Ceramah tentang istiqmah menjaga Islam, tentang syukur akan nikmat yang diberikan tuhan. Sampai dipanggil-panggil ustadz dihampir setiap perjumpaan dengan masyarakat. Suaraku didengar di pelosok kampung saat akan berbuka puasa. Ah, aku bak artis yang dikenal orang-orang. Kalau jumpa, eh ustadz yang kemaren ceramah di radio itu ya.
Itu dulu. Kini semoga tetap begitu, tapi lebih ikhlas dan menjadi teladan yang sebenar-benar ustadz. Aku yang menjalankan agama ini lebih ikhlas, lebih aplikatif, dan tentunya diridhoi oleh Allah swt. Semoga ya Allah. Amin.
Wajar jika suasana pesantren dan kampung yang jauh dari virus-virus globalisasi membentuk pribadiku yang  sok alim, pendakwah, dan seakan menjadi ulama yang memberikan fatwa. Ini yang aku banggakan untuk dibawa ke kota, tempat baruku menata masa depan; sekolah. Seakan aku ini bisa menjaga diri dengan bekal itu. Padahal sholat lima waktuku sendiri di rumah kos, tilawahku hanya malam jum`at, membaca surat yasin. Kalau nambah paling surat waqiah dan surat almulk. Itu tanpa tadabbur, tanpa dibaca dengan keimanan dan keikhlasan. Aku rasa juga bacaannya tidak sesuai standar tajwid. Itu menjadi suatu kebanggan.
Suatu hari tetanggaku kesurupan. Aku sok-sok baca surat yasin dan beberapa surat dalam alquran juz 30 terakhir, tentu saja jinnya tidak terpengaruh, malah makin menjadi-jadi. Sepertinya ada yang salah dalam diriku, pikirku. Mungkin waktu itu aku belum ikhlas atau niatku yang tidak benar sehingga tidak berpengaruh sedikitpun kepada jin itu. Aku baru tahu bahwa selama ini aku masih banyak kekurangan. Mesti banyak belajar lagi.
Kepada siapa aku harus belajar? Aku belum menemukan seseorang yang bisa mengobati penyakit di diriku ini. Aku benar-benar tidak menemukannya, melainkan aku semakin tergerus, berubah menjadi spiderman, gila pergaulan remaja, membuat sarang di mana-mana. Lupa diri, walau masih sholat. Mulai ikut keluar-keluar malam, sebelumnya agak aneh. Aku benar-benar menjadi spiderman, mencari pelaku kejahatan, tapi bukan membasminya, tapi malah mengikutinya. Ah, agaknya aku sudah benar-benar jauh tersesat. Pengetahuan agamaku berkurang drastis, bahkan hilang. Tida tahu lagi syariat yang harus diikuti, benar-benar tersesat. Al Quran hanya tinggal di masjid, buku masih tersimpan di Kedai Naila. Tidak tahu apa yang terjadi dengan agama ini sebenarnya. Dunia menjadi gelap dengan terus berjalan mencari cahaya yang kian redup.  Jauh.
Maka,
Mengingatmu seperti aku mengingat surga
Akan indahnya bermesraan dengan bidadarinya
Minumannya tinggal ambil di sungai salsabila
Araknya tidak memabukan juga melenakan
Benar-benar seperti surga
Semoga memang sampai kita di sana
Mengulang kembali kenangan indah kita
Melingkar di taman surga
           
            Berjumpa dengan sosokmu yang kurus, kecil, dan tidak tampan adalah anugerah keikhlasan yang aku baru pelajari dan dapatkan. Mengingatmu seperti aku membayangkan surga seperti yang kau gambarkan pada setiap pertemuan kita. Ada aura surga yang terpancar pada wajahmu, lalu kau mengajakku ke ruangan bidadari yang bermata jeli, lalu bermesraan dengannya. Dengan kesabaranmu seakan memberi harap bahwa surga itu adalah kepastian bagi setiap pertemuan kita. Dengan ketekunanmu membaca, lalu mengarahkanku pada buku-buku seakan kau memberiku pustaka yang menjadikan aku hanyut pada lembaran-lembaran perjuangan para penghuni surga yang menjadi teman kita. Lalu aku merasakan tarikan yang begitu kuat untuk ikut bersama mereka dalam perjuangannya. Dakwah begitu banyak mengajarkan aku berbuat, jihad, dan istiqamah dalam cinta pada syahid. Aku melihat itu semua pada tatapan matamu yang Abu Bakar. Mendengar dari mulutmu yang Utsman. Menyaksikan pada amalmu yang Umar. Kecintaanmu yang Ali, hingga ucapan-ucapan yang menggetarkan pada setiap huruf yang kau rangkai. Mengingatmu adalah mengingat keindahan surga.
            Kau memporakporandakan kebodohanku yang tersusun kokoh. Kesombonganku yang aku jaga pun kau curi. Sampai hatiku yang tercabik ini pun kau cabut. Maka selayaknya aku menuntutmu di surga nanti, menuntut janji-janjimu yang membuatku terpesona dengan sungai salsabila yang berwarni warni, manis, dan tidak memabukkan itu.
Mengingatmu seperti aku mengingat surga
Akan indahnya bermesraan dengan bidadarinya
Minumannya tinggal ambil di sungai salsabila
Araknya tidak memabukan juga melenakan
Benar-benar seperti surga
Semoga memang sampai kita di sana
Mengulang kembali kenangan indah kita
Melingkar di taman surga